Senin, 03 Juni 2013

Bahan Ajar





STRATEGI PEMBELAJARAN
(BERORIENTASI PADA STANDAR PROSES)
Sugeng Sudarsono


A.PENDAHULUAN

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran , anak kurang  didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran dikelas masih banyak kita arahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi ; otak anak dipaksa untuk mengingat, menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran science belum dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Mata pelajaran agama, belum dapat mengembangkan nilai sikap yang sesuai dengan norma norma agama, karena proses pembelajaran hanya diarahkan agar anak bisa menguasai dan menghafal materi pelajaran. Mata pelajaran bahasa belum diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi , karena yang dipelajari lebih banyak bahasa sebagai ilmu bukan sebagai alat komunikasi.
Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengn pelaksanaan pembelajaran dalam satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (PP no. 19 tahun 2005 Bab I pasal 1 ayat 6 ), dari pengertian tersebut ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi : pertama, standar proses adalah standar nasional pendidikan.  Kedua , standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dan ketiga, standar proses pendidikan diarahkan untuk mencapai standar kopetensi kelulusan.
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategi untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru atau pengelola madrasah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung
Strategi pencapaian proses pendidikan melalui peningkatan dan perbaikan dilihat dari sudut guru meliputi peningkatan kemampuan profesional guru serta mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran. Peningkatan kemampuan profesional guru meliputi : guru sebagai jabatan profesional, mengajar sebagi pekerjaan profesional, kompetensi profesional guru (Kompetensi pribadi, kompetensi profesional, kompetensi sosial kemasyarakatan ). Peran guru dalam proses  pembelajaran meliputi : guru sebagai sumber beljar, guru sabagai fasilitator, guru sebagai pengelola, guru sebagai demontrator, guru sebagai pembimbing, guru sebagai motivator ( memperjelas tujuan yang ingin dicapai, membangkitkan minat siswa, ciptakan suasana yang menyenangkan, beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan siswa, berikan penilaian, berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa , ciptakan persaingan dan kerjasama), guru sebagai evaluator.

B. PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi adalah langkah-langkah atau prosedur yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran (Yatim, 2002).  Atau dapat dikatakan pula bahwa strategi pembelajaran adalah bentuk/pola umum kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan (Depag, 2004:31)

C. PENENTUAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Variabel metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu:
1.      Strategi pengorganisasian isi pembelajaran, yaitu cara untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.
2.      Strategi penyampaian pembelajaran adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari siswa.
3.      Strategi pengelolaan pembelajaran adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dengan variabel strategi pengorganisasian isi pembelajaran dan atau bahan ajar serta strategi penyampaian isi pembelajaran dan atau pengajar (Muhaimin dkk.,1996).
Ketiga variabel diatas menjawab pertanyaan di seputar pembelajaran: Apakah cara terbaik untuk menata isi pembelajaran? Bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan bahan pelajaran itu kepada siswa secara efektif dan efisien? Bagaimana agar setiap bahan pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu sistem yang utuh, menemukan saling keterkaitan dengan bahan lainnya? Bagaimana cara agar siswa dapat memahami keterkaitan bahan pembelajaran dengan kehidupan nyata sehari hari?

D. STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

Variabel metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu:
1.      Strategi pengorganisasian isi pembelajaran, yaitu cara untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.
2.      Strategi penyampaian pembelajaran adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari siswa.
3.      Strategi pengelolaan pembelajaran adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dengan variabel strategi pengorganisasian isi pembelajaran dan atau bahan ajar serta strategi penyampaian isi pembelajaran dan atau pengajar (Muhaimin dkk.,1996).
Ketiga variabel diatas menjawab pertanyaan di seputar pembelajaran: Apakah cara terbaik untuk menata isi pembelajaran? Bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan bahan pelajaran itu kepada siswa secara efektif dan efisien? Bagaimana agar setiap bahan pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu sistem yang utuh, menemukan saling keterkaitan dengan bahan lainnya? Bagaimana cara agar siswa dapat memahami keterkaitan bahan pembelajaran dengan kehidupan nyata sehari hari?

E. PRINSIP BELAJAR MENGAJAR

Prinsip belajar mengajar yang dipertimbangkan dalam pengembangan KBM adalah:
1)      Berpusat pada siswa;
2)      Belajar dengan melakukan;
3)      Mengembangkan kemampuan sosial;
4)      Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan;
5)      Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah;
6)      Mengembangkan kreatifitas siswa;
7)      Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi;
8)      Menumbuhkan kesadaran siswa sebagai warga negara yang baik;
9)      Belajar   sepanjang   hayat;   dan   perpaduan   kompetensi,   kerjasama,   dan solidaritas (Puskur, 2002)

Menurut John Holt (1967), belajar semakin baik jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut :
1.      Mengungkapkan informasi dengan bahasa mereka sendiri;
2.      Memberikan contoh-contoh;
3.      Mengenalnya dalam berbagai samaran dan kondisi;
4.      Melihat hubungan antara satu. fakta atau gagasan dengan yang lain;
5.      Menggunakannya dengan berbagai cara;
6.      Memperkirakan beberapa konsekuensinya;
7.      Mengungkapkan lawan atau kebalikannya


F. STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG / DIRECT INSTRUCTION ( SPL )

Strategi pembelajaran langsung ( SPL ) adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian  materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar  siswa mampu menguasai materi pelajaran secara optimal . Dalam strategi pembelajaran lngsung sisw a tidak dituntut menemukan materi . materi pelajaran seakan-akan sudah jadi . Strategi pembelajaran ini  lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi ” chalk and talk”

Karakteristik SPL ;
1.      SPL dilaksanakan  secara verbal, artinya bertutur  secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan SPL, oleh karena itu orang sering mengidentikkan dengan metode ceramah ( ekspositori )
2.      Biasanya materi yang diajarkan adalah materi yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menentut siswa untuk berpikir ulang.
3.      Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi itu sendiri, artinya setelah proses pembeljaran berakhir siswa diharapkan dapat memahami dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

SPL merupakan bentuk dari pembelajaran yang berorientasi pada guru ( teacher Centered approach ) dikatakan demikian karena dalam SPL guru memegang peranan yang sangat dominan.

SPL akan efektif manakala :
1.      Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitanya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa ( overviw )
2.      Apabila guru menginginkan agar siwa mempunyai gaya model intelektual tertentu
3.      Jika bahan pelajaran yang diajarkan cocok untuk dipresetasikan dipandang dari sifat dan jenis materi
4.      Jika ingin membangkitkan rasa keingintahuan siswa tentang topik tertentu ( materi pancingan )
5.      Guru ingin mendemostrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik
6.      Siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama
7.      Lingkungan tidak mendukung untuk kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
8.      Guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Prisip penggunaan SPL :
1.      Berorientasi pada tujuan
2.      Prinsip komunikasi
3.      prinsip kesiapan
4.      prinsip berkelanjutan

Prosedur pelaksanaan SPL
1.      Rumuskan tujuan yang ingin dicapai
2.      Kuasai materi pelajaran dengan baik
3.      Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses penyampaian

Langkah – langkah dalam penerapan SPL :
1.      Persiapan ( preparation )
2.      penyajian ( presentation )
3.      menghubungkan ( correlation )
4.      menyimpulkan ( generalization )
5.      menerapkan ( aplication )

Keunggulan SPL :
1.      Dengan SPL guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran
2.      SPL dianggap efektif apaila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas
3.      Melalui SPL selain siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran, sekaligus siswa dapat melihat atau mengobservasi ( melalui pelaksanaan demonstrasi )
4.      Keuntungan lain dalah SPL bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Kelemahan SPL :
1.      SPL hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara aik.
2.      SPL tiak dapat elayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar
3.      Sulit mengembangkan kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4.      Keberhasilan SPL sangat tergantung pada apa yang dimiliki oleh guru
5.      Strategi pembeljaran lebih banyak terjadi satu arah ( one way comunication )

G. STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH  / PROBLEM   BASED  INTRUCTION  ( SPBM )

Ditinjau dari aspek psikologi belajar dengan SPBM berdasarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan siswa agar dapat hidup di masyarakat, maka SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataan setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada masalah. SPBM  diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan , maka SPBM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Kita menyadari bahwa kemampuan siswa menyelesaikan masalah selama ini kurang mendapat perhatian kita. Akibatnya manakala siswa menghadapi masalah , walaupun masalah itu tampak sepele, banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikan dengan baik. Tidak sedikit siswa mengambil jalan pintas, misal mengonsumsi obat terlarang, atau bahkan bunuh diri.
Tiga ciri utama SPBM :
1.      SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendenar, mencatat, kemdian menghafal materi pelajara akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkmunikasi, mencari dan megolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.      Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk mnyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya tanpa masalah maka  tidak mungkin ada proses pembelajaran
3.      Pemeahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deuktif dan induktif. Proses berpikir dilakukan secara sistematis dan empiris.

Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan :
1.      Guru menginginkan siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi, akan tetapi menguasai dan memahami secara penuh.
2.      Guru bermaksud mengembangkan ketrampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan anlisa, dan menerapkan ilmu pengetahuan
3.      Guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
4.      Guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar
5.      Guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kehidupan nyata    ( kontekstual))

Hakikat maslh dalam SPBM adalah adanya gap atau kesenjangan antara situasi nyata dengan kondisi yang diharapkan , atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapka. Keresahan tersebut dapat dirasakan dengan adanya keresahan, keluhan, kerisauan atau kecemasan. Oleh karena itu, materi atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, tetapi juga dapa bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM :
1.      Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik ( conflict issue ) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video dan yang lainnya
2.      Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa
3.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan epentingan orang banyak ( universal ), sehingga terasa manfaatnya
4.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dikmiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulu yang berlaku
5.      bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa , sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajari.
John Dewey menjelaskan 6 langkah SPBM :
1.      Merumskan  masalah
2.      Menganalisis masalah
3.      Merumskan hipotesis
4.      mengumpulkan data
5.      pengujian hipotesis
6.      merumuskan rekmendasi pemecahan masalah

Sedangkan menurut Davi Johnson & Jonson mengemukakan 5 lankah SPBM melaui kegiatan kelomok
1.      Mendefinisikan masalah
2.      Mendiagnosis masalah
3.      Merumuskan alternatif strategi
4.      Menentukan dan menepkan strategi pilihan
5.      Melakukan evaluasi



Dari dua pendapat diatas dapat kita rumuskan  bahwa secara umum langkah-langkah SPBM adalah :
1.      Menyadari masalah
2.      Merumuskan masalah
3.      Merumuskan hipotesis
4.      Mengumpulkan data
5.      Menguji hipotesis
6.      Menentukan pilihan penyelesaian.

Keungglan SPBM
1.      Pemecahan maalah merupakan teknk yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran
2.      Pemecahn masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan  kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru siswa
3.      Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
4.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstranfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
5.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.      Pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran   ( matematika, IPA, Sejarah dan lain sebagainya ) , pada dasarnya merupakan cara berikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa
7.      Pemecahan masalah dinggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
8.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru
9.      Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki  dalam dunia nyata
10.  Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal berakhir.

Kelemahan SPBM
1.      Manakala siwa tidak memiliki mnat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit ntuk dipecahkan maka mereka akn enggan untuk mencoba
2.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan  cukup waktu  dan persiapan
3.      Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalahyang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari







H. STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF / COOPERATIF LEARNING


Belajar kooperatif (cooperative learning) sebenarnya bukan suatu bentuk pembelajaran yang baru.  Para ahli psikologi sosial telah mengem-bangkan pola kerja kooperatif pada sekitar tahun 1920.  Sedangkan pene-kanan pola kerja kooperatif yang diaplikasikan pada pembelajaran di dalam kelas dimulai sekitar tahun 1970. 
Terdapat 9 macam metode belajar kooperatif yang berhasil dikem-bangkan para peneliti pendidikan.  Lima diantaranya dikembangkan oleh Johns Hopkins University yaitu,
·         STAD (Student Teams-Achievement Divisions).  Penjelasannya akan diuraikan kemudian.
·         TGT (Teams-Games-Tournament).  Bentuk pembelajaran kooperatif dimana setelah peserta didik belajar dan berlatih dalam kelompok, masing-masing anggota kelompok akan mengadakan tournament/lomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuannya.  Penilaian kelompok didasarkan pada poin nilai yang didapat selama lomba.
·         TAI (Team Accelerated Instruction).  Bentuk belajar kooperatif yang mengkombinasikan belajar kooperatif dengan belajar individu-al.  Tiap-tiap kelompok akan diberi soal bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dahulu, setelah itu mengecek hasil kerjanya dengan anggota lain.  Jika soal tahap tadi dapat disele-saikan dengan benar, maka anggota tersebut dapat menyelesaikan soal tahap berikutnya.  Tetapi jika anggota tersebut masih mengala-mi kekeliruan, maka dia harus kembali menyelesaikan soal lainnya dengan tingkat kesulitan yang sama dengan tahap sebelumnya. Jadi dalam paket soal disusun berdasarkan tingkat kesulitannya.
·         CIRC (Cooperative reading & Composition).  Sejenis dengan TAI, hanya lebih menekankan pada pengajaran membaca.
·         JIGSAW II.  Belajar kooperatif bentuk ini adalah menempatkan anggota kelompok pada tugas yang berbeda-beda walaupun pada tema tugas yang sama.  Walau mereka belajar sebagian, akan tetapi pada saat tes materi yang diujikan tetap menyeluruh sehing-ga mereka perlu mensosialisasikan hasil kerja atau temuannya dengan anggota lainnya.
Empat metode belajar kooperatif lainnya dikembangkan oleh berbagai universitas dunia., yaitu
·         Group Investigation, dikembangkan di University of Tel Aviv yaitu bentuk belajar kooperatif dimana semua anggotanya dituntut untuk merencanakan apa yang akan diteliti, dan bersama-sama kelompok membuat rencana pemecahannya.
·         Learning Together  dikembangkan di University of Minnesota.  Dalam metode ini, peserta didik bekerja dalam kelompok 4 atau 5 orang yang beragam kemampuannya, dan bersama-sama menyelesaikan tugas.  Satu kelompok hanya menyerahkan satu pekerjaan kelompok saja.  Penjelasan berikutnya akan disajikan kemudian.
·            Structur Dyadic Methods. Jika pada metode-metode sebelumnya, anggota kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang, maka pada metode belajar kooperatif ini satu kelompok hanya terdiri dari dua orang saja.  Pada metode ini setelah proses penyampaian materi oleh pengajar selesai, selanjutnya peserta didik duduk secara berpa-sangan untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan.  Pasangan ini selanjutnya bekerja, dimana salah satu anggota (tutee) menye-lesaikan soal, sedangkan pasangannya (tutor) mengawasi dan memberi petunjuk kepada pasangannya dalam menyelesaikan soal.  Jika soal pertama selesai dikerjakan, maka tutee dapat melanjutkan menyelesaikan soal tahap berikutnya yang relative lebih sulit.   Sedangkan jika salah maka tutor akan kembali mem-berikan soal sejenis untuk diselesaikan, sehingga tutee memahami benar jenis  soal yang diselesaikannya itu.  Jadi pembelajaran ini disamping menekankan pada kerja kelompok, juga menekankan pada tanggung-jawab individual, kompetisi kelompok dan juga spesialisasi tugas.
        Walau metode-metode belajar kooperatif berbeda satu dengan lainnya, tetapi semua didasarkanpada beberapa dari enam karakteristik berikut.
1)      Tujuan kelompok.
2)      Tanggung jawab individual.
3)      Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan (Equal opportunities for success)..
4)      Kompetisi secara kelompok.
5)      Spesialisasi tugas.
6)      Adaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan individual.
Semua metode belajar kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa peserta didik bekerja sama dalam belajar dan sekaligus masing-masing peserta didik bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota kelompok lainnya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi perkuliahan dan menyelesaikan tes perorangan dengan baik.  Pengembangan dan penelitian yang dilakukan di Johns Hopkins University untuk menemukan teknik-teknik belajar kooperatif, pada prakteknya menggunakan metode yang disebut Student Team Learning (STL).
Ide STL yang ditambahkan pada kerja kooperatif menjadikan kerja kooperatif lebih menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok.  Dalam konsep STL, keberhasilan kerja kooperatif dapat terjadi jika semua anggota kelompok mempelajari materi yang diajarkan.  Jadi ketika anggota kelompok bekerja atau belajar dalam kelompok, mereka tidak hanya bekerja (do) menyelesaikan pekerjaan secara kelompok, akan tetapi juga mempelajari (learn) sesuatu secara kelompok.
Selanjutnya Slavin menyatakan, bahwa pada STL pelaksanaan kerja kooperatif dalam belajar kelompok harus diorganisasikan dalam kelas dan perlu terus-menerus dilakukan.  Jadi kerja kooperatif  bukan suatu bentuk kegiatan yang bersifat temporer.


Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kelompok yang paling awal ditemukan dan populer dikalangan ahli pendidikan, dan telah banyak diterapkan sebagai suatu metode pembelajaran yang mudah diterapkan.  Ide dasar STAD adalah bagaimana memotivasi peserta didik dalam kelompok agar mereka dapat saling mendorong dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan, serta menumbuh-kan suatu kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna dan menye-nangkan.  STAD terdiri dari 5 komponen utama, yaitu Penyajian kelas, Kelompok, Tes/ kuis, Skor peningkatan individual, dan Pengakuan kelompok, uraiannya adalah sebagai berikut.
a)      Penyajian Kelas
Penyajian kelas maksudnya adalah pengajaran yang dilakukan di depan kelas secara klasikal.  Pengajaran di depan kelas dalam STAD tidak begitu berbeda dengan perkuliahan biasa.  Setelah materi disajikan satu atau dua kali, kemudian dilanjutkan dengan kerja/belajar kelompok untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
b)      Kelompok
Dalam STAD, peserta didik akan disusun dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 siswa yang beragam, baik itu beragam dalam kemampuan atau jenis kelaminnya.  Fungsi dibentuknya kelompok seperti ini adalah agar mereka satu sama lain saling meyakinkan sehingga mereka dapat bekerjasama dalam belajar, lebih khusus dalam menyiap-kan semua anggota untuk menghadapi tes perorangan dengan baik.  Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD, lewat kelompok dapat tercipta suatu kerja kooperatif antar anggota kelompok untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan.  Dasar penyusunan kelompok berdasar rangking raport siswa atau nilai tes sebelumnya.
c)      Tes/Kuis
Setelah melaksanakan satu atau dua perkuliahan dan bekerja serta berlatih dalam kelompok, mahasiswa melaksanakan tes perorangan.  Pada tahap ini masing-masing anggota kelompok berusaha dan bertanggungjawab secara individual untuk melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar kelompok.  Anggota kelompok juga diingatkan bahwa usaha dan keberhasilan mereka akan memberi sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
d)     Skor Peningkatan  Individual
Ide dibalik komponen ini adalah untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan memper-lihatkan hasil yang lebih baik dibandingkan hasil sebelumnya.
e)      Pengakuan Kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan hadiah atau penghargaan, sebagai usaha menghargai kerja keras yang dilakukan setiap anggota dalam suatu kelompok selama belajar, terutama bagi kelompok yang tiap anggotanya berhasil meningkatkan skor tesnya.

Jigsaw
Jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran kelompok berlikutnya, selain populer dikalangan ahli pendidikan , dan juga relatif mudah diterapkan sebagai suatu metode pembelajaran.  Ide dasar Jigsaw agak berbeda dengan STAD, yaitu bagaimana siswa secara berkelompok saling mendorong dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan yang harus mereka kuasai secara mandiri tanpa lagi dijelaskan oleh guru.  Guru dalam hal ini hanya menyediakan LKS sebagai bahan yang harus didiskusikan dan selanjutnya dikuasai anak untuk selanjutnya ditularkan kepada siswa lain.  Jigsaw terdiri dari 5 komponen utama, yaitu Diskusi kelompok Expert (ahli), Diskusi Kelompok Inti, Tes/ kuis, Skor peningkatan individual, dan Pengakuan kelompok, uraiannya adalah sebagai berikut.
a)      Diskusi kelompok Expert
Setelah sebelumnya guru memilih materi matematika yang masing-masing sub pokok bahasannya tidak saling berhubungan langsung, contoh tehnik penyelesaian sistem persamaan linier, atau beragam penyelesaian integral tak tentu, selanjutnya guru membuat 4 LKS yang berbeda untuk diberikan kepada kelompok inti.  Masing-masing anggota kelompok ini selanjutnya memilih sub pokok bahasan mana yang ingin dikuasainya.  Kegiatan dilanjutkan setelah masing-masing anggota memilih adalah mereka memasuki kelompok besar sesuai pilihan pokok bahasannya, ini disebut kelompok-kelompok Expert.  Anggota dari kelompok ini kemudian berdiskusi.
b)      Kelompok
Seperti halnya dalam STAD, dalam Jigsaw peserta didik juga akan disusun dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 siswa yang beragam, baik itu beragam dalam kemampuan atau jenis kelaminnya.  Fungsi dibentuknya kelompok seperti ini adalah agar mereka satu sama lain saling meyakinkan sehingga mereka dapat bekerjasama dalam belajar, lebih khusus dalam menyiap-kan semua anggota untuk menghadapi tes perorangan dengan baik.  Setelah masing-masing anggta ini belajar dalam kelompok expert. Selanjutnya mereka akan kembali ke kelompok inti untuk saling membagikan pengetahuannya kepada anggota kelompok inti lainnya.
c)      Tes/Kuis
Setelah melaksanakan satu atau dua diskusi dan bekerja serta berlatih dalam kelompok, mahasiswa melaksanakan tes perorangan.  Pada tahap ini masing-masing anggota kelompok berusaha dan bertanggungjawab secara individual untuk melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar kelompok.  Anggota kelompok juga diingatkan bahwa usaha dan keberhasilan mereka akan memberi sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
d)     Skor Peningkatan  Individual
Ide dibalik komponen ini adalah untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan memper-lihatkan hasil yang lebih baik dibandingkan hasil sebelumnya.
e)      Pengakuan Kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan hadiah atau penghargaan, sebagai usaha menghargai kerja keras yang dilakukan setiap anggota dalam suatu kelompok selama belajar, terutama bagi kelompok yang tiap anggotanya berhasil meningkatkan skor tesnya.

Teori Pendukung
Terdapat dua landasan teori yang mendukung penerapan belajar kooperatif dalam proses kegiatan belajar mengajar.  Pertama, adalah teori motivasi, dan kedua teori kognitif.  Uraian mengenai hal tersebua adalah sebagai berikut.
·         Teori Motivasi
Motivasi adalah kunci sukses dari kerja seseorang.  Seseorang yang memiliki motivasi dalam bekerja/belajar akan memperlihatkan unjuk dan produk kerja yang maksimal.  Orang yang mempunyai motivasi akan bersemangat dalam bekerja/ belajar, pantang berputus asa dan terkadang mengabaikan waktu.  Sesuai dengan pendapat Winkel,
"motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan".
Terdapat dua jenis motivasi yang dapat mendorong  seseorang melakukan aktivitas-aktivitas tertentu seperti bekerja atau belajar, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.  Melalui belajar kooperatif kedua motivasi itu dapat dibangkitkan.  Biggs dan Telfer, dalam buku Belajar dan Pembelajaran karangan Dimyati, berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik terbagi menjadi dua golongan, yaitu motivasi sosial, motivasi instrumental, dan motivasi untuk berprestasi.
Motivasi Sosial dan instrumental merupakan kondisi eksternal, se-dangkan motivasi untuk berprestasi dan intrinsik merupakan kondisi internal.  Motivasi sosial adalah motivasi yang timbul dalam diri peserta didik karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan  tugas.  Karena keberadaan motivasi selalu dikaitkan dengan kebutuhan (needs), dalam hal ini kebutuhan untuk diterima oleh lingkungan (sosial), maka motivasi seseorang untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam lingkungan akan muncul melalui proses belajar kelompok. 
Selanjutnya agar dapat diterima dalam kelompok maka seseorang akan berupaya memperlihatkan prestasi belajarnya yang maksimal, sehingga berikutnya akan muncul motivasi untuk berprestasi.  Hal ini disebabkan  belajar kooperatif sangat kondusif untuk mendorong seseo-rang meningkatkan kemampuan akademiknya.  Kesempatan untuk ber-tanya dan berdiskusi dalam kelompok kooperatif akan menjadikan mereka lebih berani untuk menyampaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.  Sedangkan pada anggota lainnya akan memunculkan kesadaran untuk belajar yang merupakan bentuk motivasi intrinsik.
 Teori Kognitif
Teori kognitif yang mendasari penggunaan metode belajar koope-rative pada proses belajar mengajar didasarkan pada pandangan bagai-mana efek kerja sama terhadap pribadi siswa.  Ada dua kategori yang merupakan bagian dari teori kognitif, yaitu Teori Perkembangan dan Teori Elaborasi Kognitif.
·         Teori Perkembangan
Damon dan Murray berpendapat mengenai asumsi dasar dari teori perkembangan, yaitu bahwa interaksi antar siswa terhadap tugas-tugas yang tepat atau sesuai dengan tingkatan pengetahuannya dapat mening-katkan penguasaan konsep-konsep penting  Interaksi antar teman sebaya ternyata memegang peranan penting dalam meningkatkan pemahaman suatu konsep.  Melalui diskusi antar teman sebaya sering terjadi mereka ternyata melakukan tugas menjelaskan ide-ide yang sulit dengan baik.
Seorang ahli pendidikan Rusia, yaitu Vygotsky mendefinisikan suatu teori tentang perkembangan yang kemudian lebih dikenal dengan konsep ZPD ( Zone of Proximal Development ) sebagai berikut:
"…the distance between the actual development level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or in collaboration with more capable peers."

Dalam pandangan Vygotsky, aktivitas kerjasama ternyata menjanjikan suatu pertumbuhan, artinya apabila anggota-anggota suatu kelompok pada tingkatan usia yang sepadan melakukan kerjasama menyele-saikan masalah (soal-soal), hasilnya akan lebih menguntungkan diban-ding mereka  bekerja sendiri-sendiri.  Selanjutnya Vygotsky menyata-kan bagaimana pengaruh kerjasama dalam proses belajar, "Function are first formed in the collective in the form of relations among children and then become mental function for the individual … Research shows that reflection is spawned from argument."
Vygotsky beranggapan bahwa pengetahuan-pengetahuan yang ter-bentuk dan telah menjadi pengetahuan individual siswa, pada awalnya di-bentuk sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan selama dia berinteraksi dengan siswa lain.  Secara umum Vygotsky berpendapat bahwa akan lebih mudah untuk mengembangkan diri atau fikiran melalui pertolongan oarang dewasa atau teman sebaya.
Piaget juga berpendapat bahwa sebarang pengetahuan, misalnya mengenai sistem simbol seperti matematika, hanya dapat dipelajari melalui interaksi dengan orang lain.  Para Piagetian, peneliti-peneliti yang menganut faham Piaget, yang meneliti mengenai kemampuan konservasi memperoleh hasil, bahwa seorang siswa yang belum memiliki kemam-puan konseervasi melalui interaksi teman sebaya akhirnya menjadi mampu.  Jadi selama melakukan kerjasama antar teman sebaya akan mengalami perkembangan kemampuan konservasi.
Para Piagetian juga menyatakan bahwa melalui aktivitas diskusi kelompok kooperatif akan memungkinkan timbul konflik koginif dalam diri masing-masing anggota.  Pengertian-pengertian yang timbul selama proses diskusi selanjutnya akan disusun kembali berdasarkan hasil berar-gumentasi dengan anggota kelompok.  Dengan memasukkan pengertian-pengertian baru berarti keseimbangan kognitif kembali terjadi dengan kualitas yang lebih baik.  Jadi melalui kegiatan diskusi dalam kelompok kooperatif dapat memunculkan kualitas pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya.
·         Teori Elaborasi Kognitif
Elaborasi kognitif berbeda perpektif dibandingkan dengan titik pandang perkembangan.  Teori elaborasi didukung dua bidang kajian psi-kologi kognitif, yaitu,
(1)      Teori tentang struktur representasi kognitif, dimana struktur kognitif dide-finisikan sebagai struktur organisasional yang ada dalam ingat-an/skema seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengeta-huan yang terpisah-pisah kedalam suatu unit konseptual, dan Proses ingatan (memory): yaitu mekanisme penyandian, penyimpanan, dan pengungkapan kembali apa yang telah disimpan dalam ingatan.
Elaborasi kognitif merupakan suatu proses penstrukturan kembali kognitif karena masuknya informasi baru ke dalam ingatan.  Informasi yang baru masuk selanjutnya dihubungkan dengan informasi yang ada dalam memori, dalam hal ini seseorang akan menyusun kembali pengeta-huannya (skema) karena masuknya informasi baru tadi.  Dengan demikian terjadilah pemahaman yang baru yang lebih luas dibandingkan informasi sebelumnya.
Seseorang yang menuliskan kesimpulan dari suatu bacaan, atau aktivitas tutor yang melakukan tutorial pada tutee adalah dua contoh terjadinya proses elaborasi kognitif.  Kedua kegiatan tersebut akan menuntut seseorang untuk mengorganisasikan semua pengetahuannya, menyortir, dan berupaya mengungkapkan pemahamannya tersebut agar informasi yang disajikannya dapat difahami orang lain.




















ADAFTAR PUSTAKA

Cord. (2001) What is Contextual Learning. Worl Wide Internet Publishing. Texas: Waco

Lei, A. (2002). Cooperative Learnig. Jakarta: Gramedia  Widiasarana  Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Sanjaya Wina, DR,MPd,  (2006),Strategi Pembelajaran , Jakarta  Kencan Prenada Media

Suherman, E. (2003). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika. Makalah: Tidak diterbitkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RESEP MENJADI PENULIS

Resep Belajar Menjadi Penulis Pelajara yang saya peroleh dihari kedua ini membuat saya menjadi lebih semangat lagi utuk menuli s ...